Suatu hari, terik matahari menyinari bumi, hari sangatlah panas. Seekor rubah telah berjalan sangat jauh, keringat yang bercucuran, perut kosong dan ditambah keringnya dahaga. Sambil berjalan ia berbicara kepada dirinya sendiri : “Jika ada makanan, ada minuman, alangkah bahagianya diriku!” Sang rubah pun terus berjalan dan berjalan, sehingga tibalah ia di sebuah taman anggur, matanya diarahkan ke atas, WOW!!! Kelihatan tangkaian-tangkaian anggur yang menggiurkan. Anggur ini sudah bentuknya yang bulat besar lagi, bergantungan tinggi dan terjuntai di ranting pohon anggur.
Sang rubah sangat gembira, dan berpikir dalam hati: “Ha ha! Keberuntunganku hari ini lumayan juga! Tidak pernah saya temukan anggur sebesar dan sebaik ini, pasti rasanya sangat manis dan sangat enak.” Dengan terus memandang juntaian anggur yang besar dan bagus, sambil mengulurkan tangannya sang rubah melompat dengan sekuat tenaga. Anehnya, bagaimanapun usahanya untuk meraih anggur-anggur itu tetap saja tidak dapat diraihnya. Ia berpikir lagi: “Saya akan coba satu kali lagi, pasti dapat saya raih.” Dengan gigih dan penuh semangat serta sekuat tenaganya sang rubah melompat lagi dan lagi.
Namun, apa hendak dikata, hal yang sama terjadi kembali. Hati sangat ingin mendapatkan anggur tapi tangan tak sampai. Akhirnya sang rubah merasa sangat kelelahan, tak sedikitpun tenaga yang tersisa, ia kelihatan sangat kesal dan pergi meninggalkan taman anggur. Sambil berjalan kembali sang rubah berbicara dengan dirinya sendiri, “ Apa bagusnya anggur itu! Semuanya asam makanya saya tidak suka makan.”
Anggur yang tidak dapat diraih dan dimakan jadi disimpulkan rasanya asam.
Mari kita pejamkan mata kita sebentar!
Pikirkanlah!
Apakah hal demikian di atas pernah terjadi kepada kita?
Mengapa sang rubah terus menjelek-jelekkan anggur yang sama sekali tidak mengganggunya?
Apakah dengan menjelek-jelekkan anggur, sang rubah dapat merasa kenyang dan terlepas dahaganya?
Tanpa disadari, sifat sang rubah itu adanya. Untuk membela diri, menjaga gengsi, ego, rubah menghalalkan segala cara dan menyalahkan anggur karena tidak ada cara lain lagi.
Jika rubah telah berusaha dan belum dapat berhasil, mengapa rubah tidak mencari sesuatu yang dapat dimakan dan diminum dari pohon yang lebih rendah? Mungkin saja tidak jauh di depan masih terdapat taman lain misalkan strawberry, semangka atau yang lainnya.
Bayangkan!
Apabila kenyataannya anggur tersebut benar-benar manis. Alasan apa lagi yang akan diberikan sang rubah.
Apakah akan muncul karangan cerita yang lebih histeris?
Untuk apa semua itu! Ingatlah sesuatu hal!
Buat apa menebak dan menfitnah, toh kenikmatan di hati hanya sesaat. Akhir ceritanya batin sendiri yang akan tersiksa. Sebab apa yang ditanam itulah yang akan dituai.